Jumat, 30 Agustus 2013

Paten, Cara Untuk Melindungi atau Menguasai?

photo: tmcnet.com

Pendiri Apple Steve Jobs marah besar saat pertama kali mengetahui sistem operasi Android. Kemarahan ini bermula saat Jobs tahu HTC memperkenalkan smartphone pertama mereka yang menggunakan sistem operasi Android. Amarah Jobs memuncak ketika Android diketahui memiliki sejumlah fitur yang serupa dengan iPhone, smartphone yang telah diperkenalkan Apple pada 2007.

"Saya akan hancurkan Android karena itu merupakan produk curian. Saya akan memulai perang nuklir karena ini," tutur Steve Jobs, dalam biografi yang ditulis bekas eksekutif Time, Walter Isaacson.

Ini bukan kemarahan pertama Steve Jobs akibat merasa idenya dicuri. Pendiri Microsoft Bill Gates pun pernah menjadi sasaran amuk Steve Jobs pada November 1983 silam. Saat mengetahui tentang interface yang dikembangkan Microsoft untuk Personal Computer (PC) IBM yang mirip dengan yang digunakan Apple di Lisa dan Macintosh, Jobs langsung mengundang Gates untuk datang ke kantornya. Jobs mengamuk, tapi Gates melayaninya dengan tenang.

"Begini, Steve. Saya pikir seperti ini, kita punya tetangga kaya yang bernama Xerox. Saya berusaha menyusup masuk ke dalam rumahnya untuk mencuri TV. Tapi saat saya ada di dalam, saya baru tahu kalau kamu sudah mencuri itu," ucap Gates, yang juga terungkap di buku tulisan Isaacson.

Adapun Xerox yang dimaksud Gates adalah Xerox Palo Alto Research Center. Sebagai sebuah laboratorium, Xerox PARC patut diacungi jempol. PARC disebut sebagai laboratorium pertama yang mengembangkan Personal Computer. PARC juga yang memperkenalkan graphical user interface, jaringan ethernet, hingga penggunaan mouse secara komersil.

Jobs memang mengagumi Xerox PARC, begitu pula Gates. Aksi meniru atau mungkin 'mencuri ide' yang dilakukan dua anak muda di Silicon Valley itu memang begitu menarik perhatian. Hingga kemudian muncullah film "Pirates of Silicon Valley".

Tapi kondisi ini tak terasa begitu menarik sekarang. Sebab kini pelaku industri teknologi sudah menggunakan hak paten untuk melindungi produk mereka agar tak ditiru pesaingnya. Tak terhitung sudah berapa sidang yang dilakukan Samsung vs Apple terkait sengketa paten.

Executive Chairman Google yang juga pernah menjadi Dewan Direksi di Apple, Eric Schmidt, khawatir hak paten malah mematikan inovasi. Schmidt cemas industri tak melangkah maju dengan inovasi yang sudah mereka ciptakan, tapi malah sibuk membentengi inovasi itu agar tak ditiru.

Parahnya, pihak yang dianggap meniru juga akan sibuk dengan membela diri di pengadilan paten, dan bukannya malah mengembangkan inovasi yang ditirunya itu. Bukan tak mungkin jual-beli paten akan marak, tentu untuk menguasai pasar dan bukan pengembangan inovasi.

Saya sependapat dengan Eric Schmidt, sebab inovasi memang seringkali muncul dari aksi meniru. Bayangkan jika Xerox menuntut Apple dan Microsoft. Bukan tak mungkin kita tak mengenal sistem operasi iOS, atau bahkan Windows 8 yang siap dirilis secara resmi. Sebab harus diakui bahwa desain iOS dan Windows juga dipengaruhi oleh graphic user interface yang dikembangkan Xerox PARC.

Tiba-tiba saya teringat sebuah perbincangan di kampus dulu. Sebagai mahasiswa Fakultas Sastra (kini Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya), kami percaya bahwa sastrawan merupakan inovator yang kerap tak dianggap.

Misalnya saja Jules Verne, yang telah menulis perjalanan manusia ke bulan di novel "From the Earth to the Moon" pada tahun 1895. Ini terjadi puluhan tahun sebelum dua negara adikuasa, AS dan Uni Soviet, berlomba dalam misi antariksa. Jules Verne pula yang memiliki inovasi mengenai kapal selam dalam novel "20.000 Leagues Under the Sea", yang ditulis tahun 1870.

Sastrawan lain? HG Wells pernah menulis tentang mesin perang serupa tank, di buku "Land Ironclads" yang ditulis tahun 1903. Hasil imajinasi sastrawan ini lalu dilanjutkan para sineas. Mungkin tinggal menunggu waktu sebelum akhirnya lightsaber ala film "Star Wars" besutan George Lucas jadi kenyataan.

Tapi tentu sastrawan dan sineas tak pernah dianggap berjasa atas suatu inovasi. Sastrawan dan sineas tak akan pernah jadi kaya atas ide akan masa depan yang dituangkan dalam sebuah karya. Karena mungkin idealnya bagi sebuah karya adalah dalam bentuk pengakuan, bukan pundi-pundi materi yang dihasilkan.

Tapi saya paham, ini adalah masa yang dikuasai industri. Jika paten penting untuk sebuah pengakuan, memang tak ada salahnya dilakukan. Semoga saja paten bisa digunakan untuk melindungi, dan bukan menguasai. Apalagi mengakui hasil inovasi yang sebenarnya dibuat oleh orang lain.

Proklamasi, 19 Oktober 2012Pendiri Apple Steve Jobs marah besar saat pertama kali mengetahui sistem operasi Android. Kemarahan ini bermula saat Jobs tahu HTC memperkenalkan smartphone pertama mereka yang menggunakan sistem operasi Android. Amarah Jobs memuncak ketika Android diketahui memiliki sejumlah fitur yang serupa dengan iPhone, smartphone yang telah diperkenalkan Apple pada 2007.

"Saya akan hancurkan Android karena itu merupakan produk curian. Saya akan memulai perang nuklir karena ini," tutur Steve Jobs, dalam biografi yang ditulis bekas eksekutif Time, Walter Isaacson.

Ini bukan kemarahan pertama Steve Jobs akibat merasa idenya dicuri. Pendiri Microsoft Bill Gates pun pernah menjadi sasaran amuk Steve Jobs pada November 1983 silam. Saat mengetahui tentang interface yang dikembangkan Microsoft untuk Personal Computer (PC) IBM yang mirip dengan yang digunakan Apple di Lisa dan Macintosh, Jobs langsung mengundang Gates untuk datang ke kantornya. Jobs mengamuk, tapi Gates melayaninya dengan tenang.

"Begini, Steve. Saya pikir seperti ini, kita punya tetangga kaya yang bernama Xerox. Saya berusaha menyusup masuk ke dalam rumahnya untuk mencuri TV. Tapi saat saya ada di dalam, saya baru tahu kalau kamu sudah mencuri itu," ucap Gates, yang juga terungkap di buku tulisan Isaacson.

Adapun Xerox yang dimaksud Gates adalah Xerox Palo Alto Research Center. Sebagai sebuah laboratorium, Xerox PARC patut diacungi jempol. PARC disebut sebagai laboratorium pertama yang mengembangkan Personal Computer. PARC juga yang memperkenalkan graphical user interface, jaringan ethernet, hingga penggunaan mouse secara komersil.

Jobs memang mengagumi Xerox PARC, begitu pula Gates. Aksi meniru atau mungkin 'mencuri ide' yang dilakukan dua anak muda di Silicon Valley itu memang begitu menarik perhatian. Hingga kemudian muncullah film "Pirates of Silicon Valley".

Tapi kondisi ini tak terasa begitu menarik sekarang. Sebab kini pelaku industri teknologi sudah menggunakan hak paten untuk melindungi produk mereka agar tak ditiru pesaingnya. Tak terhitung sudah berapa sidang yang dilakukan Samsung vs Apple terkait sengketa paten.

Executive Chairman Google yang juga pernah menjadi Dewan Direksi di Apple, Eric Schmidt, khawatir hak paten malah mematikan inovasi. Schmidt cemas industri tak melangkah maju dengan inovasi yang sudah mereka ciptakan, tapi malah sibuk membentengi inovasi itu agar tak ditiru.

Parahnya, pihak yang dianggap meniru juga akan sibuk dengan membela diri di pengadilan paten, dan bukannya malah mengembangkan inovasi yang ditirunya itu. Bukan tak mungkin jual-beli paten akan marak, tentu untuk menguasai pasar dan bukan pengembangan inovasi.

Saya sependapat dengan Eric Schmidt, sebab inovasi memang seringkali muncul dari aksi meniru. Bayangkan jika Xerox menuntut Apple dan Microsoft. Bukan tak mungkin kita tak mengenal sistem operasi iOS, atau bahkan Windows 8 yang siap dirilis secara resmi. Sebab harus diakui bahwa desain iOS dan Windows juga dipengaruhi oleh graphic user interface yang dikembangkan Xerox PARC.

Tiba-tiba saya teringat sebuah perbincangan di kampus dulu. Sebagai mahasiswa Fakultas Sastra (kini Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya), kami percaya bahwa sastrawan merupakan inovator yang kerap tak dianggap.

Misalnya saja Jules Verne, yang telah menulis perjalanan manusia ke bulan di novel "From the Earth to the Moon" pada tahun 1895. Ini terjadi puluhan tahun sebelum dua negara adikuasa, AS dan Uni Soviet, berlomba dalam misi antariksa. Jules Verne pula yang memiliki inovasi mengenai kapal selam dalam novel "20.000 Leagues Under the Sea", yang ditulis tahun 1870.

Sastrawan lain? HG Wells pernah menulis tentang mesin perang serupa tank, di buku "Land Ironclads" yang ditulis tahun 1903. Hasil imajinasi sastrawan ini lalu dilanjutkan para sineas. Mungkin tinggal menunggu waktu sebelum akhirnya lightsaber ala film "Star Wars" besutan George Lucas jadi kenyataan.

Tapi tentu sastrawan dan sineas tak pernah dianggap berjasa atas suatu inovasi. Sastrawan dan sineas tak akan pernah jadi kaya atas ide akan masa depan yang dituangkan dalam sebuah karya. Karena mungkin idealnya bagi sebuah karya adalah dalam bentuk pengakuan, bukan pundi-pundi materi yang dihasilkan.

Tapi saya paham, ini adalah masa yang dikuasai industri. Jika paten penting untuk sebuah pengakuan, memang tak ada salahnya dilakukan. Semoga saja paten bisa digunakan untuk melindungi, dan bukan menguasai. Apalagi mengakui hasil inovasi yang sebenarnya dibuat oleh orang lain.

Proklamasi, 19 Oktober 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar